• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Bahasa Pertama Terhadap Pembelajaran Kata Bantu Bilangan Bahasa Tionghoa Sebagai Bahasa Kedua 第一语言对学习汉语量词的负迁移 | Warudu | Century 1137 2065 1 SM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Bahasa Pertama Terhadap Pembelajaran Kata Bantu Bilangan Bahasa Tionghoa Sebagai Bahasa Kedua 第一语言对学习汉语量词的负迁移 | Warudu | Century 1137 2065 1 SM"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

94

Pengaruh Bahasa Pertama Terhadap Pembelajaran Kata Bantu Bilangan Bahasa Tionghoa Sebagai Bahasa Kedua

第一语言对学习汉语量词的负迁移

Ferdinan Dyan Warudu & Elisa Christiana

Program Studi Sastra Tionghoa Universitas Kristen Petra, Siwalankerto 121-131, Surabaya 60236

jiangfarong@yahoo.com & elisa_88@126.com

ABSTRAK

Adanya fenomena yang terjadi pada pebelajar bahasa Tionghoa bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama mempengaruhi pembelajaran kata bantu bilangan bahasa Tionghoa. Artikel ini meneliti tentang pengaruh apa saja yang timbul dari bahasa pertama terhadap proses pembelajaran kata bantu bilangan dalam bahasa Tionghoa dan bagaimana menyelesaikan masalah yang timbul dari pengaruh bahasa pertama ini dari sudut pandang pebelajar. Menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan wawancara semi terstruktur. Hasil penelitian menemukan bahwa pengaruh yang timbul dari bahasa pertama adalah ketika pebelajar lupa satu kata bantu bilangan dalam bahasa Tionghoa, maka cara yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan menggunakan kata bantu bilangan “Buah” dalam bahasa Indonesia yang langsung diterjemahkan ke

dalam bahasa Tionghoa, sehingga menjadi “ 个 gè”. Cara menyelesaikan fenomena ini adalah pebelajar harus dengan kesadaran diri sendiri melakukan proses metakognitif, dimana pebelajar melakukan proses perencanaan, pengamatan, mengevaluasi dan penyesuaian terhadap proses pembelajaran yang sedang berjalan.

Kata Kunci: Kata Bantu Bilangan, Tionghoa, Pengaruh, Bahasa, Indonesia

摘要

汉语的教学里 一个现象,就是印尼语作为第一语言会影响学习者学习汉

语量词的过程 这篇论文研究印尼语作为第一语言对学习汉语量词的学习者 何负

迁移以及从学习者的角 而言如何解决学习汉语量词中所存在的问 采用定性研

究法,访问时采用半结构结构访问法 研究结果发现 当学习者忘记一个汉语量词

的时候经常用印尼语的思路解决问 ,就是将印尼语的 Buah 量词翻译成汉语的

个 量词 解决这个问 的方法是学习者必须对自己的学习过程进行元认知策略,

就是通过计划 监控 评 调节等方式对自己的认知过程进行反思和研究

(2)

95 PENDAHULUAN

Bahasa Tionghoa merupakan bahasa yang digunakan sebaai alat komunikasi oleh seluruh masyarakat Tiongkok (huang dan liao 黄 与 廖, 2002:p.1) dan juga merupakan salah satu bahasa yang paling tua dan maju di dunia (shao 邵, 2003: p.2). Seperti setiap bahasa pada umumnya, bahasa Tionghoa juga memiliki struktur bahasanya sendiri. Dalam bahasa Tionghoa kata juga dibedakan beberapa jenis, yaitu kata benda, kata kerja, kata sifat, kata bantu bilangan, kata penghubung dll. Menurut pendapat Gu, Pan dan Liu 故 潘与刘 (2001), kata bantu bilangan merupakan kata yang digunakan untuk menunjuk suatu satuan unit dari benda atau tindakan(p.129).

Alasan diambilnya kata satuan untuk dijadikan objek penelitian adalah karena kata satuan bahasa Tionghoa memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh kata bantu bilangan dalam bahasa lain. Konsep yang melatarbelakangi pembentuk kata satuan dalam bahasa Tionghoa sangat berbeda dengan konsep kata bantu bilangan dari bahasa lain, selain itu kata satuan dalam bahasa Tionghoa sangalah kaya dan beraneka ragam jika dibandingkan dengan bahasa lain khususnya bahasa Indonesia. Sebagai contoh, dalam bahasa Indonesia kita dapat menggunakan kata

bantu bilangan “seekor” untuk binatang apapun, kuda maupun ikan. Akan tetapi

dalam Tionghoa kata bantu bilangan untuk kuda menggunakan “匹pĭ” dan untuk

ikan menggunakan “条 tiáo”. Menurut pendapat Jiao 焦 (2001), kata bantu bilangan bahasa Tionghoa merupakan salah satu komponen kata yang sangat sulit untuk dikuasai oleh pebelajar dari negara asing, khususnya pebelajar pemula(p. I).

Salah satu alasan sulitnya menguasai kata bantu bilangan bahasa Tionghoa adalah pengaruh bahasa pertama dari pebelajar. Berdasarkan observasi awal yang dibuat oleh penulis, didapati bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama memiliki pengaruh negatif yang timbul dalam pembelajaran kata bantu bilangan dalam bahasa Tionghoa.

(3)

95 Kata bantu bilangan bahasa Indonesia

Menurut pendapat Chaer (2006), kata bantu bilangan adalah kata-kata yang digunakan sebagai tanda pengenal benda dan digunakan di belakang kata bilangan dalam menyebutkan jumlah benda (p. 116).

Menurut Chaer (2006), kata bantu bilangan “ekor” adalah kata yang menjelaskan satuan unit dari binatang (p. 117). Contohnya antara lain, Ibu membeli dua ekor

ayam. (母亲买两只鸡 Mǔqīn mǎi liǎng zhī jī) dan Dalam kandang itu ada tiga

ekor ular kobra (在蛇池里 三条眼镜蛇Zài shéchí li yǒu sāntiáo yǎnjìngshé). Sedangkan kata bantu bilangan “buah”, menurut Chaer (2006) adalah kata yang menjelaskan satuan unit dari benda atau kata umum (p.117). Contohnya antara lain, Dia membawa dua buah buku tulis dan sebuah pensil. (他带来了两本书和

一支铅笔 Tā dài láile liǎng běn shū hé yī zhī qiānbǐ.) dan Ayah membeli lima

buah mangga (爸爸买了五棵芒果Bàba mǎile wǔ kē mángguǒ).

Kata bantu bilangan bahasa Tionghoa

Berdasarkan Gu, Pan dan Liu (2001), kata satuan merupakan kata yang digunakan untuk menjelaskan satuan unit dari suatu benda atau tindakan (p. 129). Dari definisi di atas dapat dilihat kata bantu bilangan dalam bahasa Tionghoa dibedakan dua macam, yaitu kata bantu bilangan benda dan kata bantu bilangan kerja. Kata bantu bilangan benda masih dibedakan menjadi dua macam, yaitu kata bantu bilangan terminologi dan kata bantu bilangan pinjaman. Kata bantu bilangan terminologi masih dibedakan menjadi empat macam, yaitu kata bantu bilangan individu, kata bantu bilangan himpunan, kata bantu bilangan ukuran dan kata bantu bilangan tak tentu.

Dalam bahasa Tionghoa kata bantu bilangan tidak dapat digunakan langsung di depan kata benda, seperti “Sebuah buku” dalam bahasa Tionghoa harus menggunakan 一本书Yī běn shū, tidak boleh seperti bahasa Indonesia yang dapat

menggunakan “Satu buku” atau一书 shū. Dalam bahasa Tionghoa penentuan kata bantu bilangan dari suatu benda pada umumnya ditentukan berdasarkan makna atau bentuk dari suatu benda tersebut. Oleh karena itu dalam bahasa Tionghoa setiap kata benda biasanya memilik kata satuan yang berbeda (Lu, 2005, p.64-65).

Bahasa individu dan penyesuaian oleh diri sendiri

(4)

96

lebih tinggi. Kegiatan penyesuaian ini harus dilakukan oleh kesadaran pebelajar sendiri (Liu, 2007:p.228).

Metakognitif

Metakognitif adalah suatu cara atau strategi belajar dimana pebelajar melalui proses perencanaan, pengamatan, mengevaluasi dan penyesuaian merefleksi dan meneliti proses belajar yang sudah dilalui selama ini. Metakognitif dapat dikatakan merupakan kesadaran kognitif, yang mana merupakan kegiatan kognitif dalam tingkat kesadaran yang lebih dalam, juga merupakan kemampuan khusus yang dimiliki pebelajar terhadap dirinya sendiri. Proses ini merupakan suatu proses dimana pebelajar terhadap karakter kognitifnya sendiri dan strategi kognitif yang dijalankan melakukan proses mengevaluasi dan penyesuaian demi menjamin keberhasilan kegiatan belajar yang ada. Strategi metokognitif dapat dikategorikan menjadi beberapa bagian di bawah ini:

1. Perencanaan. Berdasarkan kegiatan, karakter dan tujuan belajar yang bersifat kognitif menentukan perencanaan belajar dan menentukan strategi yang harus ditempuh. Misal, terlebih dahulu mempelajari isi dari bahan pelajaran, setelah menetapkan tujuan lalu melakukan latihan terlebih dahulu.

2. Pengamatan. Baik dalam proses mendengar dan membaca ataupun berbicara dan menulis, tetap harus melakukan pengamatan terhadap diri sendiri, memperhatikan apakah pemahaman dan cara mengungkapkan sudah tepat.

3. Mengevaluasi. Melalui hasil tanggapan yang diterima, melakukan proses inspeksi dan mengevaluasi efek dan hasil belajar yang dihasilkan dari proses yang sudah ada.

4. Penyesuaian. Berdasarkan hasil evaluasi menyesuaikan apakah strategi yang dijalankan menghasilkan kemajuan belajar, apabila tidak maka harus melakukan mengganti dengan cara yang baru (Liu, 2000, p.213-214).

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ada dua macam, yaitu metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif sebagai pendekatan penelitian. Sesuai yang dikatakan Sarwono (2006) yang mengatakan bahwa proses, pemahaman, kompleksitas, interaksi dan manusia adalah kata kunci dari penelitian kualitatif yang mana kata kunci di atas dilakukan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan dalam (p. 193). Maka dari itu peneliti memilih metode penilitian kualitatif dalam penelitian kali ini guna mendapatkan hasil penelitian yang memiliki tingkat pemahaman yang lebih baik dan dalam dari hasil interaksi yang dilakukan dengan sumber data atau koresponden.

(5)

97

harus sudah memiliki dasar bahasa Tionghoa sebelumnya. Alasan memilih mahasiswa Sastra Tionghoa Universitas Kristen Petra adalah karena mahasiwa Sastra Tionghoa adalah pihak yang mempelajari bahasa Tionghoa secara intensif setiap harinya. Berikutnya, karena penulis ingin meneliti kata bantu bilangan bahasa Indonesia dan bahasa Tionghoa, maka bahasa pertama dari responden haruslah bahasa Indonesia dan tidak menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi di rumah. Yang terakhir, responden yang sudah menginjak tahun ketiga dan yang sebelum memasuki jurusan Sastra Tionghoa Universitas Petra sudah memilik dasar bahasa Tionghoa dapat langsung digunakan patokan untuk melihat tingkat pemahaman kata bantu bilangan bahasa Tionghoa mahasiswa tahun ketiga. Alasan-alasan ini sejalan dengan pendapat Sugiyono (2012), responden yang memahami secara dalam topik yang dibawa oleh peneliti akan membuat proses penelitian lebih lancar dan dapat menyediakan data yang terkait dengan topik penelitian yang lebih banyak, lebih dapat mewakili dan lebih tepat (p.52-54).

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara kepada responden yang memenuhi syarat di atas. Jenis wawancara yang digunakan adalah jenis wawancara semi terstruktur (Semi Structure Interview). Menurut pendapat Sugiyono (2012), wawancara semi terstruktur adalah cara wawancara yang baik digunakan bila peneliti sudah mengetahui secara garis besar mengenai informasi apa yang akan diperoleh (p.233). Karena merupakan wawancara semi terstruktur, maka peneliti sebelum melakukan wawancara sudah menyiapkan beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada responden, akan tetapi pada proses wawancara peneliti juga dapat mengajukan pertanyaan seputar topic penelitian di luar pertanyaan yang sudah disiapkan. Selain itu peneliti juga menggunakan flash card yang berisi 25 macam kata benda dan binatang yang digunakan sebagai soal untuk menguji tingkat penguasaan kata bantu bilangan bahasa Tionghoa dari responden. Dua puluh lima macam kata yang disiapkan adalah kosakata yang sudah dipelajari oleh responden tahun ketiga program studi Sastra Tionghoa.

Hasil data yang diperoleh dari rekaman wawancara lalu diubah menjadi bentuk tulisan lalu direduksi sampai dapat menjawab rumusan masalah yang ada, Tujuan mereduksi data yang diperoleh adalah untuk merangkum hal-hal yang pokok saja dan memfokuskan pada hal-hal yang penting sesuai dengan rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2012, p.92).

Hasil observasi awal

(6)

98

dalam bahasa Indonesia. Dua partisipan yang lain bergumam dan berpikir dalam hati bagaimana mengucapkan kata bantu bilangan tersebut dalam bahasa Indonesia, padahal yang ditanyakan adalah kata bantu bilangan dalam bahasa Tionghoa. Hasil dari observasi awal ini membuktikan bawah ada masalah yang lebih dalam daripada sekedar lupa kata bantu bilangan suatu benda, yaitu mereka terpengaruh dan masih menggunakan kerangka berpikir bahasa Indonesia untuk memecahkan soal dalam bahasa Tionghoa.

Pengaruh bahasa pertama dalam proses pembelajaran kata bantu bilangan bahasa Tionghoa

Dari proses penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa sebagaian besar Responden berpendapat bahwa perbedaan prinsip antara kata bantu bilangan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama dengan kata bantu bilangan bahasa Tionghoa sebagai bahasa kedua merupakan penyebab pebelajar kesulitan memahami dan menguasai kata bantu bilangan bahasa Tionghoa.

Ketika lupa satu kata bantu bilangan dari suatu benda, maka dia akan

menggunakan kata bantu bilangan “buah” dalam bahasa Indonesia untuk langsung diterjemahkan menjadi “个gè” dalam bahasa Tionghoa. Dari hal ini dapat dilihat bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama sangat mempengaruhi proses

pengambilan keputusan, sehingga langsung menggunakan “ 个 gè” yang

menurutnya adalah kata bantu bilangan “Buah” dalam bahasa Indonesia.

Selain itu, penyebab sulitnya belajar kata bantu bilangan bahasa Tionghoa adalah karena kata bantu bilangan bahasa Indonesia yang tidak sekaya dan serumit kata bantu bilangan bahasa Tionghoa, maka mempelajari kata bantu bilangan bahasa Tionghoa adalah suatu hal yang sangat sulit untuk dilakukan di awal proses pembelajaran.

Dapat dilihat juga bahwa pada kategori kata bantu bilangan untuk hewan, pebelajar dengan bahasa pertama Indonesia sangat kesulitan mempelajarinya. Hal ini disebabkan oleh karena di dalam bahasa Indonesia semua binatang hanya

menggunakan “ekor” sebagai kata bantu bilangannya. Tidak seperti bahasa Indonesia, dalam bahasa Tionghoa setiap binatang memiliki kata bantu bilangan yang berbeda sesuai dengan bentuk atau kebiasaan yang digunakan untuk mengakatakan kata bantu bilangan dari suatu binatang.

Hasil tes

(7)

99

Tabel 1 Hasil Tes Kata Bantu Bilangan Individu

Kata Benda Jawaban

Yang Tepat

Responden

1

Responde

n 2

Responden

3

Responden

4

Respon

den

5

Gunung

Kalkulator 台 布 布 个 台 台

Palu 把 个 把 把 把 把

Kalender 本 本 个 个 张 本

Kursi I 张 把 把 个 把 张

Koin 枚 块 枚 块 枚 枚

Diamond 块 个 块 块

Kalung 条 条 条 条 条 条

Lampu 盏 个 个 个 盏 盏

Jembatan

Seruling 支 个 把 个 条 支

Bintang 个 个

Meja 张 张 张 张 张 张

Kursi

II

把 把 把 把 把 把

Sungai 条 条 条 条 条 条

Benar 8 9 7 12 13

Salah 7 8 9 3 2

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pemahaman para responden terhadap kata bantu bilangan bahasa Tionghoa kurang begitu bagus. Tingkat kemunculan kata

bantu bilangan “个 gè” masih sangat tinggi. Jika diteliti lebih lanjut hasil tes dengan jawaban yang diberikan oleh para responden pada fase wawancara adalah

selaras, yaitu menggunakan “个gè” untuk mengganti kata bantu bilangan yang lupa.

(8)
[image:8.595.114.506.109.467.2]

100

Tabel 2 Hasil Tes Kata Bantu Bilangan Individu Binatang

Kata Jawaban

Yang

Tepat

Responden

1

Responden

2

Responden

3

Responden

4

Respond

en 5

Ikan 条 条 条 条 条 条

Gajah 只 只 条 条 只 只

Kuda 匹 匹 个 匹 匹 匹

Sapi 头 头 头 头 头 头

Unta 峰 匹 匹 只 峰 只

Ular 条 条 条 条 条 条

Monyet 只 个 个 只 只 个

Serigala 匹 匹 只 匹 匹 只

Nyamuk 只 只 个 个 个 只

Anjing

Besar

条 只 只 条 条 条

Anjing

Kecil

只 条 条 只 只 只

Benar 7 4 8 10 9

Salah 4 7 3 1 2

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa meskipun dalam bahasa Tionghoa kata

bantu bilangan dari binatang tidak ada yang menggunakan “个gè”, akan tetapi

masih didapati dari kelima responden kata bantu bilangan “个gè”. Hal ini dapat mencerminkan bahwa pengaruh bahasa Indonesia sangat kuat sehingga masih

dapat dilihat kemuncul kata bantu bilangan “个gè” di dalam bagian kata benda binatang. Dan dari total jawaban yang diperoleh, Responden(2) dan Responden (3) merupakan responden dengan hasil atau performa yang paling buruk. Sedangakan responden (4) dan Responden (5) memiliki hasil yang sangat tinggi dan Responden (1) hasilnya berada di tengah.

Dari berbagai tes dan wawancara yang dilakukan dapat dilihat bahwa ketika pebelajar lupa suatu kata bantu bilangan dan langsung menggunakan “个gè” yang

dalam bahasa Indonesia disebut “sebuah”, maka proses belajar kata bantu

(9)

101

Solusi penyelesaian masalah dari sudut pandang pebelajar

Walau memiliki versi penjelasan yang berbeda antar responden, akan tetapi dapat ditarik satu titik kesamaan yaitu untuk menyelesaikan masalah yang ada dituntut usaha dari pebelajar. Di dalam kelas pengajar tidak akan memiliki waktu yang cukup untuk mengajarkan seluruh kata bantu bilangan bahasa Tionghoa yang ada. Maka dari itu pebelajar harus mengembangkan apa yang sudah dipelajari di dalam kelas, apalagi responden merupakan mahasiswa, yang artinya sudah dapat berpikir sendiri secara sadar dan dewasa mengenai tanggung jawab untuk dapat menguasai kata bantu bilangan bahasa Tionghoa.

Yang harus dilakukan oleh pebelajar adalah mengawasi proses belajarnya masing-masing, sehingga dapat mengetahui apakah ada kemajuan atau tidak. Menilai sendiri sudah sampai di mana kemampuan yang ada saat ini. Strategi kongkrit yang digunakan untuk belajar oleh para responden kebanyakan adalah dari percakapan sehari-hari dan media-media yang berhubungan bahasa Tionghoa, misal lagu, berita, majalah, media sosial dan lain sebagainya.

Setelah menggunakan berbagai macam cara yang dianggap baik dan sesuai dengan diri sendiri menurut pebelajar maka tahap selanjutnya melakukan penyesuaian. Proses penyesuaian lebih penting untuk dilakukan ketika hasil yang didapat kurang memuaskan.

Responden (1) selain memberi jawaban yang ada di atas juga memberikan satu pendapat yang berbeda. Menurutnya pada saat pertama kali belajar bahasa asing penting untuk menyadari bahwa setiap bahasa pasti memiliki susunan gramatikal atau kebiasaan yang berbeda dengan bahasa kita sendiri. Maka pada saat mempelajari bahasa baru setiap pebelajar harus mempunyai kesadaran ini dan

“melupakan” bahasa pertamanya. Jika hal ini dilakukan akan memberikan

pebelajar satu titik awal yang benar dalam mempelajari suatu bahasa baru.

KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil wawancara dapat disimpulkan, bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama mempengaruhi proses pembelajaran kata bantu bilangan bahasa Tionghoa. Masalah atau pengaruh yang timbul dari bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama antara lain, pebelajar kesulitan menguasai kata bantu bilangan bahasa Tionghoa, yang mana dibuktikan dengan hasil tes, empat puluh persen dari lima responden kurang memahami kata bantu bilangan bahasa Tionghoa, secara keseluruhan pemahaman terhadap kata bantu bilangan bahasa Tionghoa juga masih kurang.

(10)

102

Solusi yang kedua adalah dengan melakukan proses metakognitif. Dengan melakukan proses ini secara tidak langsung pebelajar melakukan secara sadar semua proses kognitif yang harus pebelajar lakukan, mulai dari perencanaan belajar, pengamatan, evaluasi dan penyesuaian. Dengan menggunakan hal ini pebelajar dapat terus menerus meningkatan diri dan tidak berhenti pada satu titik karena terus dilakukan penyesuaian dan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Sesuai dengan pendapat Liu (2007), dalam dunia pengajaran baik dari segi pengajar atau pebelajar, tidak ada cara belajar yang paling baik, karena setiap cara memiliki kekuatan masing-masing. Maka dari itu penting untuk melihat cara belajar mana yang paling sesuai dengan lingkungan yang ada. Lingkungan yang berbeda memerlukan cara belajar yang berbeda pula (p.215).

Dari hasil tes dapat diambil kesimpulan bahwa Responden (2) dan Responden (3) memiliki hasil yang paling buruk, oleh karena itu sangat disarankan pada mereka untuk segera memulai proses metakognitif agar dapat memahami kata bantu bilangan bahasa Tionghoa dengan lebih dalam lagi. Para pebelajar yang kurang menguasai kata bantu bilangan bahasa Tionghoa dengan baik dapat mulai menyadari perbedaan yang ada antar bahasa Tionghoa dan Indonesia, lalu memulai lagi dari awal untuk merencanakan target dan strategi dalam proses belajar yang akan dilakukan., jika tidak waktu belajar yang semakin panjang akan membuat pebelajar semakin sulit untuk mengubah kebiasaan buruk atau masalah yang ada.

Penelitian ini masih merupakan penelitian permulaan yang masih dapat dilanjutkan lagi ke tingkat penelitian yang lebih dalam. Diharapkan ada peneliti lain yang meneliti dengan topik yang sejenis. Sebagai contoh selain bahasa pertama apa saja yang mempengaruhi pebelajar dalam proses mempelajari bahasa kedua.

DAFTAR REFERENSI

Chaer, A. (2006). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Gu, H., Fan, W.Y. yu Liu, Y.H. (故华 潘文娱与刘 华). (2001). Shiyong

Xiandai Hanyu Yufa使用现代汉语语法.Beijing: Shangwu Yinshuguan Chubanshe.

Huang, B.R. yu Liao, X.D. (黄 荣与廖旭东). (2002). Xiandai Hanyu现代汉

语. Beijing: Gaodeng Jiaoyu Chubanshe.

Jiao, F. (焦凡). (2001). Hanyu Liangci Cidian汉语量词词典. Beijing: Huayu Jiaoxue Chubanshe.

Lu, F.B.(卢福波). (2005). Duiwai Hanyu Jiaoxue Shiyong Fa对外汉语教学使用

法. Beijing: Beijing Yuyan Daxue Chubanshe.

Liu, S.H. (刘颂浩). (2007). Di Er Yuyan Xide Daolun—Duiwai Hanyu Shijue

二语言习得导论——对外汉语视角. BeijingShijie Tushu Chuban

Gongsi.

Liu, X. (刘珣). (2000). Duiwai Hanyu Jiaoxue Yinlun对外汉语教育学引论.

(11)

103

Muhammad. (2011). Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA

Qi, T. (齐婷婷). (2009). Zhong Han Mingliangci Duibi Yanjiu中韩名量词对比

研究. Diunduh: 24-5-2013, Shandong DaxueYuyanxue Ji Yongyuyanxue,

Qi, tingting,Situs Web:

http://wenku.baidu.com/view/46a729bf1a37f111f1855bd4.html

Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Shao, J.M. (邵静敏). (2003). Xiandai Hanyu Tonglun现代汉语通论. Shanghai:

Shanghai Jiaoyu Chubanshe.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta

Zhao, J.M. (赵金铭). (2008). Duiwai Hanyu Jiaoxue Gailun对外汉语教学概论.

Gambar

Tabel 2 Hasil Tes Kata Bantu Bilangan Individu Binatang

Referensi

Dokumen terkait

Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu kegiatan terpadu yang dilakukan manusia untuk memperoleh informasi yang terkandung

Tingkat aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran dengan kreteria baik berdasarkan observasi pada siklus I dapat disajikan sebagai berkut: (1) mengidentifikasi

Sehingga bagi setiap pedagang yang akan melakukan kegiatan usaha di wilayah pemerintahan Kabupaten Karanganyar harus mendapatkan izin dari SKPD (Satuan Kerja

dalam masyarakat luas; mengenai bagaimana seharusnya pola atau proses hubungan antar individu dalam masyarakat luas, yakni pola atau proses hubungan yang dapat

- Metode pelaksanaan tidak memenuhi syarat dimana pekerjaan tidak menggambarkan penguasaan dalam pekerjaan dengan tahap pelaksanaan yang sistematis berdasarkan sumber daya

Nama : Isilah Nama Lengkap disertai gelar. Lahir : Isilah Tempat dan Tanggal Lahir.. Laporan harta kekayaan saya dan keluarga saya sebagaimana tersebut dalam Formulir

Ketika subjek HN memiliki waktu senggang subjek HN lebih memilih untuk bermain bersama teman-teman subjek dan mengikuti kegiatan yang dilakukan organisasi subjek HN,

Dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (7) PBI 13/2011 bahwa yang dimaksud dengan restrukturisasi pembiayaan adalah segala tindakan yang dilakukan oleh bank sebagai upaya